Oleh: Hanifah Raz
Jarak dan kegagalan bukan lah sebuah halangan bagiku menjemput rezeki. Yah, kira-kira begitulah awal mula aku memulai kehidupan untuk meringankan beban orang tua. Pertama kali aku mencoba untuk mewujudkan impian ku untuk membantu orang tua selepas gelar SMA tahun 2017.
Dalam catatan harian ku semenjak di pondok, aku merasa bahwa keluarga adalah satuan utuh dalam bagunan lego, saling menyeimbangkan ketika membangun nya, tak bisa asal cepat menaruh balok lego, khawatir ia tak kokoh. Kita tidak bisa membiarkan kedua orang tua kita selalu mencari uang untuk membuat anak-anak bahagia, memberikan kenyamanan pakaian dan memberikan semua fasilitas yang tesedia, sedangkan perlahan-lahan mereka menua. Kita harus membantu mereka agar kehidupan keluarga kita seimbang dan tak saling bergantung.
Karena itu lah aku putuskan mencari-cari perkerjaan yang dapat dilakukan disamping menjalani tuntutan wajib kuliah. Sempat ku coba berjualan online menjadi re-seller bubuk puding silky MOIAA dan baso aci Ciomy lewat instagram tuk membantu mama yang pertama kali memberanikan diri berjualan online. Kemudian ku berganti menjadi penjual pulsa dan kuota, ikut agen paytren.
Tepat bulan September tahun 2018, di awal masa perkuliahan semester tiga, aku mendengar kabar lowongan pencarian guru ALIF IQRA. Aku mengetahui profile Alif Iqra dari teman pesantren yang telah menjadi guru private disana sejak menginjak bangku perkuliahan semester awal, namun aku urungkan niat arena masih kuliah saat itu.
“Aku membulatkan tekad dan ini adalah kesempatan ku untuk merealisasikan mimpi sejak SMA”. Akhirnya aku memberanikan mendaftar dan mengirim CV. Aku teringat ketika membuat CV adalah pertama kali bagi hidupku, sepulang les bahasa Arab di LIPIA, aku pun bergegas langsung ke warung ice cream kakak tingkat untuk menumpang WiFi sambil membeli ice cream. Kemudian aku kirim CV dengan melatunkan basmalah dan shalawat. “Semoga diterima, aaamiin”
Seleksi tahap dua dibagi beberapa gelombang dan berlokasi di HOS Cokroaminoto, Menteng. Aku mendapatkan jadwal selepas ashar. Sepulang kuliah aku pun langsung bergegas mengambil alat-alat crafting untuk wawancara dan micro-teaching. Aku berangkat menggunakan busway tujuan Tosari dari Ciputat Sampaio berdesak-desakan demi mendapatkan ruang bus, kemudian transit bus di halte Pondok Pinang untuk menaiki bus tujuan Lebak Bulus-Senen. Sepanjang perjalanan aku fokus melihat aplikasi Traffi, karena ini adalah perjalananku sendirian menggunakan busway. Tanpa aku sadar, aku terlelap tidur dan terlewat sudah halte Menteng. Ketika ku bangun, langsung turun dimana pun bus itu berhenti dan memesan Gojek.
Sesampainya di lokasi training, Aku bertemu dengan kenalan baru. Kemudian masuk ke dalam ruangan, ruangan tersebut adalah ruangan seleksi micro-teaching. Disana setiap peserta harus mempresentasikan materi nya di depan teman-teman lainnya. “Wah kalau seperti ini, aku pernah melakukannya ketika duduk di kelas 3 SMA, namanya ‘amaliyah tadris’”.
Ketika nama ku dipanggil, kaki ini merasa bergetar lantaran gugup. Namun ku berusaha menatap kosong ke depan seolah tak melihat siapapun. Aku mempersentasikan cara salam dan menyampaikan materi micro-teaching tentang rukun islam menggunakan print gambar yang ku laminating dan ditempelkan pada lidi tukang cilok yang ku minta sepulang kuliah.
Aku: “Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh”
Para penguji dan peserta: “Wa’alaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh”
Aku: “Bagaimana kabarnya hari ini?”
Para penguji dan peserta: “Alhamdulillah baik, miss”
Aku: “Ada yang tahu rukun islam?”
Para penguji dan peserta: “Engga bu!”
Aku: [aku pun mengambil lidi] “Okey, sekarang miss punya lima gambar. Sebelum kita belajar, miss punya lagu rukun islam nih!”
kunyanyikan lagu rukun islam sambil mempragakan lidi-lidi rukun islam buatan ku. Kemudian ku tanya beberapa anak, “The first pillar is?”
Para penguji dan peserta: “Syahadat”
Tanya jawab tersebut ku ulang dua kali, kemudian berakhir seleksi micro-teaching ku. Setelah melakukan seleksi micro-teaching, aku pun seleksi wawancara. Tahap terakhir adalah uji tes mengaji. Aku pun diuji layaknya ujian baca tulis quran. Alhamdulillah semua rangkaian seleksi telah ku lewati.
Waktunya telah tiba. Aku telah menunggu dua pekan untuk hasil wawancara, hasilnya aku diterima. Sujud syukur hanya dapat ku ungkapkan pada Dia yang Maha menyayangi ciptaan nya tiada tara. Namun ternyata masuk pun tak langsung mendapat murid.
Setiap guru yang lulus seleksi wawancara, terlebih dahulu mengikuti rangkaian pembekalan guru, seperti standarisasi tilawati, psikologi anak, metode pengajaran, fiqh ibadah, dan lain-lain. Satu per satu tahapan ku lewati, ku luangkan waktu liburan sabtu dan minggu hanya untuk pembekalan guru hingga saatnya melakukan SOP Guru dan ditempatkan sesuai dengan regional tinggal.
Aku mengajukan regional Tangerang karena tempat kuliah bertempat di Ciputat. Dalam grup whatsapp guru regional Tangerang ternyata banyak sekali anggotanya. Apabila kamu mau mendapatkan murid ajar harus menunggu kakak admin memberikan order murid yang jadwalnya dan lokasinya cocok dengan kamu.
Nah, lain kali aku akan bercerita tenting pengalaman pertama mengajar di ALIF IQRA.