Ditulis oleh Dhiana Awaliyah Prana Dipa (Guru Alif Iqra Bekasi)
Siti Hajar merupakan salah satu sosok yang berperan dibalik sejarah peradaban kota Mekah. Kegigihan, ketaatan dan keyakinannya pada Allah swt. membuahkan hasil, dari hanya sebuah padang pasir yang tandus, tidak ada air dan tidak berpenghuni menjadi kota Mekah yang berpenghuni, dan terkenal seperti yang kita kenal saat ini. Lalu, siapakah Siti Hajar, sosok perempuan masyhur yang kisahnya diabadikan dalam sejarah peradaban kota Mekah? Siti Hajar adalah istri nabi Ibrahim a.s dan ibu nabi Ismail a.s. Pada awalnya Siti Hajar merupakan budak yang membantu Siti Sarah, istri nabi Ibrahim a.s. Ketika itu Siti Sarah belum juga hamil, sedangkan ia sudah semakin menua. Singkat cerita, Siti Sarah meminta Siti Hajar untuk menikah dengan suaminya nabi Ibrahim a.s. Hal tersebut dilakukan Siti Sarah, lantaran cinta dan sayangnya kepada sang suami. Siti Sarah ingin nabi Ibrahim a.s mempunyai keturunan yang dapat meneruskan perjuangan dakwahnya.
Namun seikhlas apapun Siti Sarah, ia tetaplah seorang permpuan yang memiliki rasa cemburu. Dan tatkala Siti Hajar melahirkan seorang anak laki-laki, Siti Sarah pun cemburu. Kemudian datang perintah dari Allah swt. kepada nabi Ibrahim untuk membawa Siti Hajar dan bayi nabi Ismail a.s ke tanah Mekah.
Berangkatlah nabi Ibrahim a.s dan Siti Hajar menempuh perjalanan jauh ke kota Mekah. Sepanjang perjalanan nabi Ibrahim a.s dan Siti Hajar bergantian menggendong bayi nabi Ismail a.s hingga tiba di kota Mekah, yang pada saat itu masih berupa padang pasir tandus dan tidak berpenghuni. Sesampainya di kota Mekah nabi Ibrahim a.s meninggalkan Siti Hajar dan nabi Ismail a.s di sebuah bukit yang di atasnya terdapat bekas rumah tua dari dahan-dahan kayu yang sudah mengering. Melihat kepergian suaminya Siti Hajar bertanya “Kemana engkau akan pergi, meninggalkan kami di padang pasir tidak berpenghuni ? Apakah Allah swt. yang memerintahkanmu wahai suamiku ?” Tanpa menengok lagi, nabi Ibrahim a.s pun menjawab singkat “iya”. Mengetahui hal tersebut, Siti Hajar dengan penuh kepasrahan berkata “ Jika Allah swt. yang memerintahkan, DIA pasti tidak akan menelantarkan kami”.
Seiring berjalannya waktu, perbekalan Siti Hajar pun mulai habis dan bayi nabi Ismail menangis kehausan. Siti Hajar mulai panik, karena air susunya juga sudah kering. Dalam kebingungannya, ia berlari-lari ke sebuah bukit, berharap melihat seseorang atau menemukan makanan dan minuman. Namun nihil, ia tidak mendapatkan apa-apa. Dari bukit tersebut, kemudian Siti Hajar berlari lagi menuju bukit lainnya, yang ia lihat. Namun sama saja, ia tidak melihat adanya tanda-tanda bekas kehidupan.
Setelah berusaha tujuh kali bolak balik kedua bukit tersebut, Siti Hajar pun ambruk kelelahan.
Usaha pencarian sudah dilakukannya, jerih payahnya sudah dikerahkan, namun segala upayanya buntu. Siti Hajar belum mendapatkan air untuk diminum. Kini harapannya hanya pada pertolongan Allah swt. semata. Dia yakin Allah tidak akan membiarkan dan meninggalkannya. Tidak lama kemudian, Siti Hajar melihat mata air memancar dari tanah yang terkena pukulan kaki bayinya. Kepada mata air tersebut, Siti Hajar mengatakan “Zumi, Zumi!”, yang artinya berkumpul atau merapat. Dalam riwayat lain kata zam zam juga berasal dari bahasa Babilonia, yang artinya memancar. Sumber air ini kemudian menjadi terkenal sebagai zam zam seperti yang kita kenal saat ini. Akhirnya dengan sumber mata air inilah Siti Hajar dan bayinya (nabi Ismail a.s) menyambung dan bertahan hidup.
Hadirnya mata air zam zam mengundang kafilah dagang yang sedang dalam perjalanan menuju Syam. Mereka melihat seekor burung terbang di atas lembah tersebut, yang menandakan bahwa adanya air atau kehidupan di bawahnya. Kafilah dagang tersebut lantas meminta izin kepada Siti Hajar untuk bisa ikut tinggal di sekitar mata air tersebut. Siti Hajar kemudian mengizinkan mereka tinggal di sekitar zam zam dan bersama-sama mengambil manfaat dari air tersebut.
Sejak hadirnya sampai sekarang, mata air zam zam telah memberi kehidupan di tengah padang pasir yang tandus. Air zam zam selalu bersih, tidak ada lumut, serangga, jamur atau kotoran lainnya. Air zam zam mengandung tingkat mineral alami yang lebih tinggi dari air mineral lainnya. Nabi Muhammad saw. dalam salah satu sabdanya mengatakan “Sebaik-baiknya air dipermukaan bumi ialah air zam zam. Padanya terdapat makanan yang menyegarkan dan padanya terdapat penawar bagi penyakit”. Air zam zam juga tidak pernah mengering, meskipun berjuta manusia memanfaatkannya setiap hari khusunya pada musim haji. Hal tersebut merupakan salah satu bukti keagungan dan kebesaran Allah swt.
Mata air zam zam merupakan hadiah dari Allah swt. atas perjuangan (mujahadah) Siti Hajar. Siti Hajar yang bolak balik bukit Safa ke Marwah, tidak begitu saja menyerah. Hingga akhirnya ambruk dan berserah diri setelah bolak baliknya yang ketujuh Dua bukit bersejarah tersebut menjadi saksi kegigihan Siti Hajar dalam berjuang.
Hingga kini peristiwa perjuangan Siti Hajar bolak bali bukit Safa dan Marwah diabadikan dalam rukun haji dan umrah yang dikenal dengan sa’i. Kata sa’i diambil dari bahasa Arab yang berarti berusaha (Sa’a). Perjalanan dari bukit Safa ke Marwah dihitung satu kali. Lari-lari kecil disunahkan bagi laki-laki mulai dari pilar hijau sampai pilar hijau berikutnya. Sedangkan bagi perempuan tidak disunahkan berlari-lari kecil, cukup berjalan biasa.
Sejarah peristiwa sa’i merupakan ibrah bagi orang muslim dan mu’min agar tidak berputus asa dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun. Peristiwa tersebut juga mengajarkan untuk selalu tabah dan optimis dalam menghadapi berbagai gejolak kehidupan. Siti Hajar melalui perjuangannya juga mengingatkan kita untuk terus berikhtiar meskipun di tengah ketidakpastian. Karena tidak ada kesenangan yang didapat oleh seorang hamba tanpa ada perjuangan. Dalam sebuah syiar dikatakan وما لذّة الّّ بعد التعب (tidak ada kenikmatan kecuali setelah kepayahan). Selain itu, Siti Hajar melalui peristiwa tersebut juga mengingatkan bahwa Allah swt. adalah pemilik segalanya. Segala sesuatu yang dikehendaki-Nya pasti akan terjadi. Maka dalam setiap ikhtiar dan daya upaya harus selalu diiringi dengan keyakinan dan kepasrahan kepada Allah swt. Karena kekuasaan Allah swt. di atas segalanya. Dalam surat an Naml ayat 62 Allah swt. mengatakan :
امن يجيب المضظر اذا دعاه ويكشف السوء ويجعلكم خلفاء الّرض ءاله مع الله –النمل : 62
Bukankah Dia (Allah swt.) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada- Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di Bumi ? Apakah di sampin Allah ada Tuhan (yang lain)?
Untuk semua yang sedang berjuang, Selamat berjuang sampai muncul zam zam-nya. Karena “semampunya” ala Siti Hajar bukan hanya “secapeknya” tapi “semaksimalnya”, yuk semangat yuk ! Allahu Musta’an.