Ditulis oleh Dhiana Awaliyah Prana Dipa , Guru Alif Iqra Regional Bekasi
dhianaawaliyah | Edited by : NR
Fakta bahwa bahkan setelah merenovasi bangunan tinggi tidak banyak membuat orang mengunjungi Yaman saat itu membuat Abrahah marah. Marah sekali, hingga menumbuhkan kecemburuan yang besar dan membuat Abrahah berfikir melakukan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dia mengumpulkan bala tentara dari Abbesinia yang dilengkapi kawanan gajah, Abrahah memimpin pasukannya berangkat ke kota Mekah untuk menghancurkan Ka’bah.
Sesampainya di perbatasan Mekah, Abrahah dan pasukannya merampas harta-harta kaum Quraisy termasuk 200 ekor Unta milik Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad SAW. Melihat perampasan tersebut, para pemuka Quraisy geram dan ingin melawan. Tetapi mereka sadar bahwa kekuatan Mekah saat itu tidak seimbang dengan pasukan Abrahah.
Abrahah kemudian mengirim utusan agar bisa berunding dengan pemimpin Mekah. Utusan Abrahah yang bernama Hanathah menemui Abdul Mutholib dan menemaninya menemui Abrahah. Dengan lugas Abrahah menyatakan bahwa mereka datang bukan untuk memerangi penduduk Mekah, mereka datang hanya untuk menghancurkan Ka’bah.
Abrahah mengatakan ”Jika kalian, tidak melawan, kalian semua akan selamat” jelas Abrahah.
Abdul Mutholib menjawab “Demi Allah, kami ingin mencoba untuk melawan pasukan Abrahah, tapi kekuatan kami tidak cukup untuk memeranginya. Rumah ini adalah rumah Allah yang suci. Allah pasti akan mempertahankan rumah-Nya, dan Allah akan melakukannya”.
Kemudian Abdul Mutholib kembali ke Mekah menuju pintu Ka’bah dan berdoa “Ya Tuhanku, tidak ada yang aku harap selain Engkau. Ya Tuhanku, tahanlah mereka dengan benteng, sesungguhnya siapa yang memusuhi rumah ini adalah musuhMu. Mereka tidak akan dapat mengalahkan kekuatan Engkau”.
Setelah itu Abdul Mutholib meminta penduduk Mekah menyingkir ke bukit-bukit sekitar Ka’bah untuk menghindari serangan tentara Abrahah.
Abrahah yang sudah besar kepala, bergegas menuju Mekah untuk menjalankan rencananya. Hentakan demi hentakan kaki gajah dan banyaknya pasukan Abrahah saat itu membuat bulu kuduk penduduk Mekah merinding. Dalam benak mereka, inilah akhir bagi kota Mekah. Namun, apa yang terjadi ? Tatkala Abrahah memerintahkan untuk menyerang. gajah-gajah tersebut terdiam dan enggan melangkahkan kaki.
Meskipun telah dicambuk, gajah-gajah tersebut tetap enggan menuju Ka’bah dan hanya berputar-putar saja di lembah Muhassir dekat Ka’bah.
Sampai kemudian, tiba-tiba datang sekumpulan burung dengan jumlah yang sangat banyak. Mengerikannya, di setiap kaki burung terdapat batu-batu panas yang dibawanya.
Menargetkan Abrahah dan pasukannya, burung-burung itu melepaskan batu-batu panas. Melihat hal tersebut, Abrahah dan pasukannya panik dan berlarian mencari tempat berlindung. Namun, tidak ada yang selamat.
Sungguh, Allah telah menggagalkan kesombongan mereka yang hendak menghancurkan Ka’bah dengan pasukan bergajah. Allah tunjukkan kebesaran-Nya dan menjadikan mereka hancur lebur seperti daun-daun yang dimakan ulat.
Kisah Abrahah dan pasukan bergajah, Allah abadikan dalam firman-Nya surat al-Fiil ayat 1-5, sebagai pelajaran untuk orang-orang yang beriman.
“Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak tehadap pasukan bergajah ? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia ? Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong- bondong. Yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar. Sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (Q.S Al-Fiil 1-5).