Kesabaran dan Kebaikan Hati Nabi Muhammad saw.
Ditulis oleh Dhiana Awaliyah Prana Dipa
dhianaawaliyah
Hi, Sahabat Alif ! Siapa sih yang tidak kenal dengan nabi Muhammad saw ? Manusia utusan Allah
S.W.T yang masyhur dengan akhlaq terpujinya. Kisah dibawah ini akan menunjukkan dua dari
deretan akhlak terpuji beliau. Yuk, kenalan lebih dekat dengan kekasih Allah S.W.T melalui kisah
dibawah ini !
Setelah wafatnya Khadijah r.a (Istri nabi Muhammad saw.) dan Abu Thalib (paman nabi
Muhammad saw.), perundungan, gangguan dan siksaan kafir Quraisy terhadap nabi Muhammad
saw. dan umat Islam semakin menjadi-jadi. Setelah Sembilan tahun berdakwah di kota Mekah,
nabi Muhammad saw. merasa perlu mencari dukungan dari luar Mekah.
Sehingga pada tahun kesepuluh dari kenabian, nabi Muhammad saw. melakukan perjalanan
dakwahnya menuju ke kota Thaif. Perjalanan dakwah ini adalah perjalanan dakwah pertama di
luar kota Mekah yang dilakukan oleh nabi Muhammad saw. Dengan harapan penduduk kota Thaif
dapat menerima nabi Muhammad saw. dan dakwah nabi Muhammad saw.
Thaif merupakan kota terbesar kedua di kawasan Hijaz. Lokasi Thaif sangat strategis, yaitu
merupakan wilayah padat penduduk dan pusat perdagangan. Salah satu kabilah terkuat kota Thaif
adalah bani Tsaqif., yang merupakan kabilah terhormat di Jazirah Arab.
Dalam perjalanan dakwah ini, nabi Muhammad saw. tidak mengirim utusan, melainkan beliau
sendiri yang berangkat ditemani oleh Zaid bin Haritsah r.a. Setelah beberapa hari menyerukan
dakwahnya, ternyata nabi Muhammad saw. mendapatkan penolakan dan perlawanan yang keras
dari penduduk Thaif. Mereka tidak hanya mengusir nabi Muhammad saw. tapi juga mencemooh
dan melempari nabi Muhammad saw. dengan batu sampai nabi Muhammad saw. terluka.
Nabi Muhammad saw. dan Zaid bin Haritsah r.a berusaha menyelamatkan diri dari lemparan batu
tersebut. Dalam keadaan terserang Zaid bin Haritsah r.a juga berusaha melindungi nabi
Muhammad saw. dari lemparan batu tersebut, sampai kepalanya juga terluka terkena salah satu lemparan.
Sambil menahan sakit, nabi Muhammad saw. dan Zaid bin Haritsah mencari tempat
persembunyian. Dan sampailah nabi Muhammad saw. dan Zaid bin Haritsah di sebuah kebun
Anggur milik Utbah dan Syaibah, putra dari Rabi’ah, yang terletak tiga mil dari kota Thaif. Di
sana nabi Muhammad saw. dan Zaid bin Haritsah beristirahat dan mengobati luka.
Kemudian nabi Muhammad saw. bermunajat kepada Allah S.W.T agar dirinya dikuatkan. Nabi
Muhammad saw. berdoa “ Ya Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kurangnya
kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Zat Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Engkaulah pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah
pelindungku. Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan ? kepada orang jauh yang berwajah
suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku ? Jika Engkau tidak murka
kepadaku, maka semua itu tidak aku hiraukan. Karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau
limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan
dan medatangkan kebajikan di dunia dan akhirat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan
dan mempersalahkan diriku. Sungguh, tiada daya dan kekuatan apa pun selain perkenaan-Mu”.
Mendengar doa nabi Muhammad saw., Allah S.W.T mengutus Jibril as. Jibril as kemudian
memohon kepada nabi Muhammad saw. agar berdoa dan meminta kepada Allah agar memberi
izin kepada malaikat Jibril as. untuk mengapit penduduk Thaif dengan dua gunung yang akan
dibenturkannya. Jibril as. tidak terima, dakwah nabi Muhammad saw. yang santun harus dibalas
dengan lemparan batu sampai tubuh utusan Allah S.W.T tersebut terluka.
Nabi Muhammad saw. yang telah mendapatkan hak veto untuk memohon himpitan dua gunung
atas orang-orang yang telah mendzoliminya, menolak permohonan Jibril as. seraya berkata
“Sungguh, Allah S.W.T tidak mengutusku utnuk menjadi orang yang merusak dan bukan (pula)
orang yang melaknat. Akan tetapi Allah S.W.T mengutusku untuk menjadi penyeru dan pembawa
rahmat. Ya Allah, berilah hidayah untuk kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui”(H.R al Baihaqi).
Kesabaran dan kebaikan hati nabi Muhammad saw. merupakan salah satu tauladan untuk umatnya.
Sekalipun nabi Muhammad saw. mendapatkan perlawanan secara mental dan fisik, tetapi nabi
Muhammad saw. tidak menyimpan dendam, kepada para penduduk Thaif. Bahkan nabi
Muhammad saw. mendoakan penduduk Thaif agar suatu saat keturunan mereka mendapatkan
hidayah untuk menyembah Allah S.W.T dan beribadah kepada-Nya.
Sahabat Alif yang beriman….
Kebaikan dan penerimaan kita sebagai manusia biasa, mungkin tidak akan setulus nabi
Muhammad saw. Tapi ingatlah kebaikan sekecil apapun, akan ada balasannya, begitu pula dengan
kejahatan. Dan Allah S.W.T telah berjanji barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada
orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah.
“Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)
nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya”. ( Q.S Al Zalzalah : 8-7).
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan
dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia
tidak menyuakai orang-orang dzalim. (Q.S Asy Syura : 40).