Mengutip dari Fatah Syukur dalam Sejarah Peradaban Islam (2011) hal.50, dijelaskan arti Khulafaur Rasyidin atau Al-Khulafa ar-Rasyidin adalah para pengganti Rasul yang cendekiawan. Khulafaur Rasyidin merupakan orang-orang Muslim yang terdahulu sangat dekat dengan Rasul, bahkan mereka selalu mendampingi beliau saat menjalani tugas. Mereka adalah Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Abu Bakar As-Sidiq yang merupakan orang yang pertama kali masuk Islam (Assabiqunal Awwalun). Abu Bakar juga merupakan ayah mertua Rasulullah SAW. menjadi Khulafaur Rasyidin pertama yang ditunjuk oleh para sahabat. Sosoknya dikenal penyayang, penyabar, adil, dan bijaksana, merupakan representasi dari apa yang dimiliki oleh Rasul. Oleh sebab itu, para sahabat sepakat untuk menunjuk Abu Bakar sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasulullah SAW wafat.

Tugas Abu Bakar saat menjabat tidak hanya menyebarkan ajaran Islam, tetapi juga bertanggung jawab atas orang-orang yang keluar agama Islam (murtad) setelah Nabi Muhammad SAW meninggal dunia.

Pada masa kepemimpinannya, Abu Bakar memimpin selama 2,5 tahun. Tepat pada 2 tahun setengah, Abu Bakar meninggal dunia saat berumur 63 tahun. Tepatnya adalah pada malam Selasa, 23 Jumadil Akhir, antara waktu Maghrib dan Isya, dan dimakamkan di Madinah, samping makam Rasulullah SAW.

Dilansir dalam Republika Online hal yang paling membuat Abu Bakar As-Siddiq istimewa adalah keimanannya. Rasulullah SAW. bersabda:

ما دعوت أحدًا إلى الإسلام إلا كانت له كبوة غير أبي بكر

“Aku tidak mengajak seorang pun untuk memeluk Islam, kecuali diawali dengan keraguan dan tidak langsung memberi jawaban. Hanya Abu Bakar yang tidak ragu untuk menerima dan langsung memberi jawaban ketika aku mengajaknya masuk Islam.” 

Dari Abu Said al-Khudri, Rasulullah SAW juga pernah menyampaikan betapa beliau SAW begitu menyayangi Abu Bakar. Nabi SAW bersabda: 

وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلًا وَلَكِنْ أُخُوَّةُ الْإِسْلَامِ لَا تُبْقَيَنَّ فِي الْمَسْجِدِ خَوْخَةٌ إِلَّا خَوْخَةَ أَبِي بَكْرٍ

 “Jika aku boleh memilih kekasih dari umatku, tentu Abu Bakar orangnya. Namun kita ada dalam persaudaraan Islam. Tidak ada satupun pintu di masjid kecuali pintu Abu Bakar.” (HR Muslim) 

Orang kedua Khulafaur Rasyidin adalah Umar bin Khattab. Sosok Umar bin Khattab dikenal dengan sikapnya yang tegas dalam berdakwah, dan bijaksana dalam menyebarkan ajaran Islam. Ia menjadi pemimpin selama sepuluh bulan dan lima hari.

Meskipun masa kepemimpinannya tergolong lebih sebentar daripada sahabat yang lainnya, Umar bin Khattab berhasil memperluas ajaran Islam.

Umar dikenal sebagai sosok yang istimewa, sebelum masuk Islam beliau adalah orang yang sangat disegani dan dihormati penduduk Mekkah dan menjadi orang yang paling menentang Islam, tetapi setelah masuk Islam ia menjadi musuh utama bagi orang yang menentang Islam.

Umar bin Khattab juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang penuh dedikasi dan tanggung jawab terhadap rakyatnya. Tidak saja kepada mereka yang kaya atau pejabat, tetapi juga kepada yang miskin. Hal ini dibuktikan dengan perhatian dan pengawasannya akan situasi dan kondisi rakyatnya. Pernah suatu ketika beliau melihat seorang ibu yang sedang membohongi anaknya yang kelaparan dengan pura-pura menanak beras, padahal batu yang ada dalam wadah tersebut.

Melihat hal tersebut Umar mengambil gandum dan beliau pikul sendiri. Bahkan ketika pengawalnya menawarkan untuk memikulnya, Umar mengatakan, “Apakah kamu akan menjerumuskan aku ke dalam neraka karena telah menelantarkan rakyatku dan membiarkannya kelaparan?”

Sayyidina Umar wafat di usia 63 tahun, sebagaimana usia sahabat Abu Bakar. Ia meninggalkan umat Islam pada hari Rabu tanggal 27 bulan Dzulhijjah, setelah dibunuh oleh Abu Lu’lu al-Mughirah (Fairuz), saat sedang melakukan shalat Subuh, kemudian dimakamkan di Madinah berdekatan dengan makam Rasulullah dan Abu Bakar.

Khulafaur Rasyidin yang ketiga adalah Utsman bin Affan. Ia dikenal sebagai seorang pengusaha kaya dan handal di bidang ekonomi namun sangat dermawan. Dia sangat membantu ekonomi umat Islam di masa-masa awal dakwah Islam. Ia dijuluki Dzun Nurain yang berarti satu dengan dua lampu. Julukan ini didapat karena Utsman menikah dengan putri kedua dan ketiga Rasulullah SAW, yaitu Ruqayyah dan Ummu Kulsum.

Salah satu hal yang dilakukan Utsman bin Affan selama menjadi khalifah adalah memperluas wilayahnya dan mendirikan armada angkatan laut. Pemerintahannya berhasil menguasai Barqah, Tripoli Barat, bagian selatan negeri Nubah di Afrika, Armenia, Tabaristan, Amu Darya, Balkha, Harah, Kabul, Haznah di Turkistan di Asia dan Siprus di Eropa. Utsman juga membagi kerajaan Muslim menjadi sepuluh provinsi dengan masing-masing seorang gubernur.

 

Di bawah pemerintahannya, umat Islam mengalami masa kemakmuran dan kemakmuran terbesar. Konon, orang bisa pergi haji lebih dari satu kali. Utsman juga membangun polisi dan pengadilan yang selalu berdiri di bekas masjid. Pencapaian Utsman yang paling gemilang adalah kompilasi Alquran yang kemudian diperbanyak dan dikirim ke Mekkah, Suriah, Basrah, Kufah, dan Madinah.

Tepat di masa keemasan pimpinannya itu, Utsman bin Affan pergi meninggalkan umat Islam di usia 88 tahun. Ia wafat karena dibunuh oleh penduduk Mesir dan orang-orang Khawarij setelah melaksanakan shalat Ashar, tepat pada hari Rabu tanggal 18 Dzulhijjah, kemudian dimakamkan di Maqbarah Baqi’ di Madinah.

Khulafaur Rasyidin yang terakhir adalah Ali bin Abi Thalib. Ali bin Abi Thalib merupakan khulafaur rasyidin keempat setelah wafatnya Utsman bin Affan. Ia dipercaya untuk melanjutkan perjuangan Rasulullah dan para pimpinan Islam sebelumnya. Pada masa kepemimpinannya, ia berhasil menyebarkan ajaran Islam melebihi jangkauan khulafaur rasyidin sebelumnya.

Selama bertugas, ia tidak hanya menyebarkan ajaran Islam, namun menyejahterakan rakyatnya, berlaku sangat adil dan bijaksana, sebagaimana pimpinan-pimpinan sebelumnya. Namun, dalam masa kepemimpinannya tersebut dikenal dengan istilah masa tersulit jika dibanding dengan masa-masa sebelumnya. Sebab, pada masa itu terjadi perang saudara antara umat Islam pasca wafatnya Sayyidina Utsman. Kendati demikian, ia tetap memiliki sejarah yang luar biasa dalam mengatasi semua itu.

Tepat di masa kepemimpinannya yang sudah mencapai 5 tahun, ia meninggalkan umat Islam setelah dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam di usia 65 tahun. Pembunuhan tersebut terjadi malam Jumat 17 Ramadhan tahun 40 H, kemudian dimakamkan di Kufah.